Beberapa Tips Jaga Kesehatan Mental Menuju Masa Pensiun dari Psikolog Industri dan Organisasi

Kegiatan pembekalan karyawan bertemakan ”Work Well, Retire Well, Live Well” yang diadakan Allianz Indonesia guna menyoroti kebutuhan kesehatan mental yang seimbang bagi para karyawan/Corcomm.

JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Saat ini, kesehatan mental menjadi isu yang sering dibahas di kalangan masyarakat lantaran gangguan kesehatan mental dapat dialami oleh siapa saja baik tua maupun muda.

Umumnya saat ini kesehatan mental banyak ditujukan/disuarakan oleh kalangan muda yang lebih sadar dan peduli akan kesehatan mental, misalnya pada saat menghadapi berbagai tekanan dalam dunia kerja.

Padahal pada kenyataannya isu kesehatan mental pun banyak dialami juga oleh kalangan yang lebih senior, misalnya kondisi depresi yang dialami menjelang dan setelah masa pensiun.

Sejalan dengan tema yang diusung dalam hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini, Allianz Indonesia mengadakan acara khusus yang ditujukan untuk memberikan kesadaran bagi karyawan-karyawan senior yang telah memasuki usia menjelang pensiun serta mengajak para karyawan tersebut untuk mulai melakukan persiapan dengan sedini dan sebaik mungkin.

Perusahaan menyadari bahwa pekerjaan memberikan dampak yang krusial pada kondisi mental. Tidak hanya di masa-masa produktif namun juga di masa lebih lanjut (pensiun), sulitnya beradaptasi dengan perubahan dapat memicu kestabilan kondisi mental setiap orang.

Dalam rangkaian kegiatan yang bertajuk ”Work Well, Retire Well, Live Well”, Allianz Indonesia menyoroti kebutuhan kesehatan mental yang seimbang bagi para karyawan, tidak hanya di masa produktif namun juga di masa pensiun.

Hal ini karena masa pensiun merupakan salah satu fase transisi kehidupan di mana seseorang harus menghadapi perubahan yang signifikan dalam hidupnya.

Dengan mengundang seorang Psikolog Industri & Organisasi Ade Goenawan, ia menjelaskan beberapa tahapan reaksi atas suatu perubahan.

”Ini dimulai dari seseorang mengantisipasi sesuatu akan terjadi (anticipation), menghadapi kenyataan dengan kondisi yang berbeda (letting go), menghadapi segala sesuatu yang tidak lagi seperti sebelumnya (disorientation), menilai kembali atau mempunyai pandangan baru dalam menentukan situasi dan penilaian, dan kemudian menghubungkan kembali ke satu tujuan tertentu (re-commitment),” kata Ade Goenawan dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (11/10/2024).

Lebih lanjut ia memaparkan, dalam konteks kehidupan pascapensiun, beberapa perubahan yang menimbulkan kesehatan mental itu disebabkan ketika seseorang kehilangan rutinitas, sulit bersosialisasi, kesepian, dan mengalami post-power syndrome (kondisi seseorang membandingkan pencapaian masa lalu dengan masa kini).

”Perubahan yang drastis ini sangat memengaruhi kondisi mental seseorang hingga dapat menurunnya rasa percaya diri dan bahkan menyebabkan depresi. Untuk itu hal ini juga perlu diperhatikan,” kata Ade Goenawan.

Untuk itu, beberapa tips penyesuaian diri di masa kehidupan setelah pensiun dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan gangguan kesehatan mental:

Temukan tujuan baru dan aktif dengan rutinitas baru

Di masa produktif, tentunya kehidupan setiap orang diwarnai dengan tujuan hidup masing-masing. Namun, saat masa pensiun datang, beberapa orang dapat merasa tidak berguna lagi atau tidak memiliki tujuan hidup.

Perasaan inilah yang dapat menimbulkan stres pascapensiun dan bahkan berdampak secara lanjut pada kesehatan tubuh keseluruhan.