JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PWNU DKI Jakarta bersama Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU DKI Jakarta, serta Aliansi Advokat Muda Nahdliyin (AL-AMIN) melaporkan Direksi TRANS 7 dan Bos Trans Corporation Chairul Tanjung ke Direktorat Siber Polda Metro Jaya, Jumat (17/10/2025).
Pelaporan itu terkait tayangan acara “Xpose Uncensored” Trans 7 pada Edisi 13 Oktober 2025 yang dinilai telah menghina, melecehkan, dan merendahkan harkat martabat kiai, santri, dan pondok pesantren se-Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama.
Narasi dan visual dalam tayangan itu telah melecehkan para kiai, pengasuh dan santri pondok pesantren. Dalam hal ini yang ditayangkan adalah pondok pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur di bawah pimpinan pengasuh KH. M Anwar Manshur.
Dalam tayangan pemberitaan “Xpose Uncensored” Trans7, diungkap narasi yang mendeskreditkan:
“Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok?”.
“Dan yang mencengangkan ternyata yang ngesot itulah yang kasih amplop, netizen pun curiga nih bahwa bisa jadi inilah sebabnya sebagian kiai makin kaya raya”
“Narasi tersebut telah melecehkan kiai, santri, dan pesantren seluruh Indonesia,” kata Wakil Ketua LPBH PWNU DKI Jakarta, Abdul Rohman, S. dalam keterangannya, Jumat (17/10/2025).
Rohman menjelaskan, tradisi seperti memberi amplop kepada kiai bukan bentuk suap atau praktik feodal, melainkan ekspresi rasa syukur, terima kasih, dan adab santri atau murid kepada guru.
“Amplop tersebut seringkali berisi sekadar tanda cinta dan penghormatan, bukan sumber kemewahan atau kekayaan pribadi,” tegas Herwan, Alumni Ponpes Mamba’ul Hikam & Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Budaya pesantren tumbuh dari nilai Islam yang mengagungkan ilmu dan ulama. Kiai dalam sistem pesantren bukan sekadar figur sosial, melainkan simbol penjaga ilmu, akhlak, tradisi keislaman.
“Adapun para santri dididik untuk menghormati tradisi seperti tawadhu‘, tabarruk (mencari keberkahan), dan ta‘zim (penghormatan),” kata Angga Firmansyah, S.H., Alumni Ponpes Al Falah Jakarta Barat.
Ketua Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama/Rabithah Ma`ahid Islamiyah (RMI) PWNU DKI Jakarta, KH. Rakhmad Zailani Kiki, menilai konten acara “Xpose Uncensored” TRANS 7 telah merusak kerukunan antar-umat beragama.
“Acara di TRANS 7 itu bukan hanya menyerang salah satu kehormatan dan/atau nama baik para pimpinan pondok Pesantren dan pengasuh Lirboyo Kediri, tapi sudah menyerang kehormatan harkat dan martabat para Pimpinan pondok pesantren seluruh Indonesia khususnya dibawah naungan Nahdlatul Ulama (NU),” tegas KH. Rakhmad Zailani Kiki.
Lebih lanjut, Ustadz Kiki menilai ada upaya dari TRANS 7 untuk melokalisir persoalan penghinaan dan pelecehan hanya kepada Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
“Padahal narasi yang ada ditayangan tersebut jelas sekali ditujukan untuk semua pesantren, sedangkan gambar atau video pengasuh dan Pondok Pesantren Lirboyo hanya untuk ilustrasi untuk mendukung narasi tersebut,” jelasnya.