JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Lembaga riset eCommerce dari Jerman, ECDB, memproyeksikan pertumbuhan eCommerce di Indonesia mencapai 30,5% pada 2024, hampir tiga kali lipat dibandingkan rata-rata pertumbuhan global.
Angka ini juga menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan eCommerce di dunia, melampaui negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Temuan ini juga menggambarkan aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia yang tinggi, serta menciptakan peluang bagi pelaku bisnis untuk bertumbuh di ekosistem digital.
Akan tetapi, di samping potensi ekonomi yang besar, pertumbuhan ini juga menghadirkan tantangan baru bagi pelaku bisnis, khususnya UMKM. Kementerian Koperasi dan UKM pada 2023 menargetkan 30 juta UMKM di Indonesia untuk bergabung dalam ekosistem digital pada tahun 2024.
Hal ini berarti pelaku UMKM akan menghadapi lebih banyak pesaing dalam aktivitas bisnis online-nya. Untuk dapat bersaing, dibutuhkan strategi cermat agar bisnis dapat bertahan dan berkembang.
Ika Puspa Sari, salah satu penjual sukses di Lazada Indonesia (Lazada), juga turut merasakan perkembangan ekosistem bisnis digital yang kian dinamis.
Ika dan Supriyadi, suaminya, mendirikan toko offline dan online yang dinamakan “Al-Mubarokah Herbal” pada 2018 yang menjual madu, kurma, dan beragam produk herbal.
Hingga saat ini, Al-Mubarokah Herbal menangani ribuan pesanan setiap harinya dan terus mencatatkan pertumbuhan pembelian positif.
Berkaca pada keberhasilan Al-Mubarokah Herbal, Ika membagikan strategi dalam membangun bisnis online di tengah persaingan yang semakin ketat.
Fokus Cari Jeneng Bukan Jenang
“Cari jeneng, jangan cari jenang” atau “cari nama, jangan cari materi” adalah mantra yang selalu dipegang Ika dalam menjalankan bisnis online-nya. Bagi Ika, membangun brand yang kuat adalah prioritas utama dibandingkan mengejar keuntungan semata.
Brand yang telah dikenal dan dipercaya konsumen akan dengan sendirinya mendatangkan keuntungan material. Sebaliknya, brand yang hanya berfokus pada angka atau nilai material cenderung akan meredup dan kehilangan daya tariknya dalam jangka panjang.
“Branding adalah pintu pembuka untuk pertumbuhan bisnis. Saya ingin konsumen mengasosiasikan madu dengan Al-Mubarokah,” tutur Ika, mengungkapkan mimpinya mengikuti jejak brand-brand besar yang kini berhasil menjadi top-of-mind konsumen.
Bangun Mental
Banting setir dari pekerjaannya sebagai dosen dan bidan, Ika mengaku banyak orang yang menyayangkan pilihannya untuk menjadi pebisnis online.
“Saya sering ditanya, ‘memang yakin bisa mencukupi kebutuhan keluarga hanya dari jualan online?’. Padahal omset saya sehari mungkin bisa lebih dari gaji sebulan,” beber Ika.
Bagi Ika, modal terbesar memiliki brand bukan modal materi, tetapi modal kesiapan mental dan hati. Meski memulai bisnis hanya dengan modal sebesar Rp 500.000, mental seorang pebisnis harus lebih dari itu.
“Mengubah persepsi diri kita itu yang paling penting dan paling mahal. Modal rupiah itu kecil dan bisa dicari, tapi mentalitas itu tak bisa dibayar,” tutur Ika.
Bingung Cari Peluang Bisnis? Mulai Lihat Peluang di Sekitarmu.
Berawal dari ajakan sang suami, Ika memulai bisnis online dengan menjadi reseller. Akan tetapi, kesulitan mendapatkan stok membuatnya dan suami memutuskan untuk memulai bisnis mereka sendiri.
Bisnis yang mereka pilih adalah bisnis madu. Pemilihan bisnisnya tak hanya didasari oleh latar belakangnya di dunia kesehatan, namun juga diambil karena melihat peluang pasar yang menjanjikan.
Keselarasan antara latar belakang atau keahliannya dengan peluang yang terbuka lebar, akhirnya memantapkan Ika untuk terjun ke bisnis online bersama suaminya.