Bernilai Seperti Harta Karun, Mendagri Dorong Percepatan Pengembangan Industri Game Nasional di Tingkat Daerah

Mendagri Tito Karnavian dan Menparekraf Sandiaga Uno saat Rakor Pengendalian Inflasi Daerah dirangkaikan dengan Percepatan Pengembangan Industri Gim( Game) Nasional di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta/Puspen Kemendagri.

JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mendorong percepatan pengembangan industri game (gim) nasional di tingkat daerah. 

Hal ini ditekankan Mendagri pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah dirangkaikan dengan Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP), Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta.

“Saya selaku Mendagri sangat mendukung kegiatan ini, program nasional ini. Karena ini sesuatu yang menurut saya harta karun,” kata Mendagri Tito dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi, Selasa (08/10/2024).

Dia menyampaikan, game telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak hingga orang dewasa di Indonesia. 

Sayangnya, Indonesia belum menggali potensi tersebut dengan maksimal, padahal menjadi negara dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia. Game yang ada di Indonesia masih didominasi oleh produk dari luar negeri.

“Melalui ekonomi kreatif ini, di samping dapat mendapatkan tambahan atau lapangan pekerjaan, keuangan, dan lain-lain, saya melihatnya lebih jauh lagi, bagi teman-teman di daerah juga bisa mendapatkan PAD, Pendapatan Asli Daerah,” ucapnya.

Manfaat berikutnya dari pengembangan game lokal yaitu bisa menjadi sarana sosialisasi untuk program-program pemerintah pusat maupun daerah. 

Mendagri memberi contoh game terkait penanganan stunting, game tentang pariwisata, game tentang konservasi lingkungan, hingga game tentang kepatuhan di jalan raya.

“Di samping itu yang penting lagi saya kira, manfaat bagi nasionalisme, karena kita tahu bahwa dalam era globalisasi ini, dominasi antarnegara tetap dilakukan untuk hegemoni. Selama ini instrumen yang digunakan militer, sekarang sudah beralih pada non-militer,” ungkapnya.