JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Ketua DPP Partai PKS Bidang Ekonomi Keuangan, Anis Byarwati menyoroti lesunya pertumbuhan perekonomian nasional dalam tiga bulan terakhir ini.
Hal tersebut berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2024 lebih rendah dari Triwulan-II 2024 yang tumbuh sebesar 5,05 persen.
“Pertumbuhan ekonomi triwulan II saat ini melambat, tentu dampak dari lesunya perekonomian nasional,” kata Anggota Komisi XI DPR RI dalam keterangan tertulisnya yang dikutip redaksi, Minggu (10/11/2024).
Berdasarkan laporan BPS disebutkan bahwa besaran Produk Domestik Bruto pada triwulan III-2024 atas dasar harga berlaku Rp5.638,9 triliun, atas dasar harga konstan Rp3.279,6 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 jika dibandingkan triwulan III 2023 atau secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 4,95 persen.
Anis mengungkapkan bahwa selama Triwulan III-2024, lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya Jasa Lainnya sebesar 9,95 persen; Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,64 persen; serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,33 persen.
“Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran dominan terhadap perekonomian Indonesia hanya mampu sebesar sebesar 4,72 persen, artinya manufaktur sudah melambat sepanjang triwulan ini,” ujar Doktor Ekonomi jebolan Universitas Airlangga ini.
Ia menyebut dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen PK-LNPRT sebesar 11,69 persen; diikuti Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen; Komponen PMTB sebesar 5,15 persen. Akan tetapi Anis mengingatkan pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi Triwulan-III mengalami perlambatan.
“Hal ini tergambar dari sisi komponen konsumsi Rumah Tangga hanya tumbuh sebesar 4,91 persen jika dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,93 persen dan 5,05 persen,” terangk Anis.
Menurut anggota dewan asal Jakarta ini mesin utama perekonomian Indonesia yang menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar selama ini, seperti konsumsi rumah tangga dan industri manufaktur, melambat secara signifikan sepanjang triwulan III tahun 2024.