JAKARTA, FAKTANASIONAL.NET – Menurut Plato, filsuf Yunani kuno, cinta adalah konsep yang mendalam dan kompleks yang melibatkan aspek spiritual, intelektual, dan emosional.
Pemikirannya tentang cinta dijelaskan secara rinci dalam karyanya yang berjudul “Symposium”, di mana berbagai pandangan tentang cinta dipaparkan melalui dialog antara tokoh-tokoh yang berbeda.
Plato menggambarkan cinta sebagai perjalanan atau “tangga” menuju keindahan tertinggi, yang dikenal sebagai Teori Cinta Platonik.
Dalam proses ini, cinta dimulai dari ketertarikan pada keindahan fisik seseorang, tetapi kemudian berkembang ke tahap yang lebih tinggi.
Bagi Plato, cinta bukan hanya soal hubungan emosional antara individu, tetapi juga alat untuk mencapai kebenaran dan kebijaksanaan.
Melalui cinta, manusia dapat memahami hal-hal yang lebih besar, seperti makna kehidupan, moralitas, dan keberadaan yang hakiki.
Istilah “cinta platonik” yang sering digunakan saat ini berasal dari pandangan Plato tentang cinta yang bersifat non-fisik.
Cinta platonik adalah bentuk cinta yang tidak melibatkan hasrat fisik, tetapi lebih menekankan pada hubungan spiritual dan intelektual yang mendalam.
Pemikiran Plato tentang cinta masih relevan hingga saat ini, terutama dalam konteks hubungan yang mendalam dan bermakna.
Cinta dapat menjadi pendorong untuk pertumbuhan pribadi, eksplorasi intelektual, dan pencapaian spiritual.