Reformasi Butuh Dua Arah: Polri Telah Berbenah, Apakah Kita Sudah?

R. Haidar Alwi, Pendiri Haidar Alwi Instituf dan Haidar Alwi Care/Ist.

Oleh: Ir. HAIDAR ALWI (Pemikir Bangsa, Pendiri Haidar Alwi Institute/HAI)

CALON anggota Komite Reformasi Polri yang juga mantan Menko Polhukam Mahfud MD pernah mengatakan bahwa kinerja Polri dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kemajuan yang tidak dapat diabaikan. Ini bukan sekadar kalimat pujian yang diucapkan untuk menyenangkan telinga. Melainkan penegasan dari seorang tokoh yang sepanjang hidupnya dikenal tegas terhadap hukum, konsisten dalam integritas, dan tidak mudah memberi apresiasi tanpa dasar yang kuat.

Dari aspek penegakan hukum, pelayanan publik, hingga pemanfaatan teknologi dalam sistem kepolisian, banyak indikator objektif yang mencerminkan peningkatan efektivitas institusi Polri. Berbagai reformasi internal, seperti digitalisasi pelayanan, transparansi rekrutmen, peningkatan kapasitas personel, dan penguatan fungsi pengawasan, menunjukkan bahwa Polri tidak henti-hentinya bergerak menuju institusi yang modern, akuntabel, dan profesional.

Namun di tengah kemajuan tersebut, muncul paradoks yang masih menjadi PR besar, yaitu rapuhnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Sebuah paradoks yang menunjukkan betapa persepsi publik sering tertinggal dari realita faktual.

Sebagian besar masyarakat masih melihat Polri melalui kacamata masa lalu. Terlalu cepat menilai dari satu-dua kasus viral, namun abai terhadap ribuan kerja senyap yang menyelamatkan nyawa dan menjaga keselamatan. Kesenjangan persepsi ini sebagian dipicu oleh ekosistem informasi yang bias dan sensasional.

Di era media sosial, satu kesalahan anggota bisa menghancurkan reputasi institusi secara keseluruhan, sementara kinerja positif jarang mendapat ruang. Padahal, Polri bukanlah kumpulan malaikat, melainkan organisasi besar dengan ratusan ribu manusia di dalamnya. Dan yang membedakan Polri saat ini dengan masa lalu adalah kesungguhannya menindak anggotanya sendiri ketika bersalah.